Bagi anak-anak, makan pizza, burger, keju dan sandwich setiap hari layaknya hidup di surga. Tapi bagi seorang bocah bernama Tyler Trovato, mungkin itu adalah kutukan. Sebab dia hanya bisa memakan makanan tersebut karena tubuhnya memiliki alergi terhadap hampir semua hal.
Motivation - Bagi anak-anak, makan pizza, burger, keju dan sandwich setiap hari layaknya hidup di surga. Tapi bagi seorang bocah bernama Tyler Trovato, mungkin itu adalah kutukan. Sebab dia hanya bisa memakan makanan tersebut karena tubuhnya memiliki alergi terhadap hampir semua hal.
Bocah berumur 6 tahun asal St James, New York ini menderita penyakit langka yang membuatnya hanya bisa makan beberapa jenis makanan. Penyakitnya disebut protein-induced entercolitis syndrome (FPIES). Tubuhnya menolak sebagian besar makanan, termasuk buah-buahan, sayuran dan daging.
"Masalahnya terjadi ketika kami mulai memperkenalkan makanan bayi. Dia muntah-muntah, kadang-kadang 15 sampai 20 kali. Dia akan berbaring, lesu. Saya menahannya dalam pelukan dan tidak tahu harus berbuat apa," kata ibu Tyler, Jennifer Trovato seperti dilansir ABC News.
Saat bayi, Tyler terpaksa harus sering bolak-balik ke ruang gawat darurat dan menjalani tes alergi. Karena semua hasil tesnya negatif, orang tuanya pun bingung. Tyler lalu dirujuk ke dr Anna Nowak-Wegrzyn dari Mt. Sinai Medical Center di New York City yang lantas mendiagnosisnya dengan FPIES saat berusia 16 bulan.
Satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui makanan tertentu penyebab alergi adalah mencoba dan melihat penolakan oleh tubuh. Makanan yang memicu alergi akan membuat Tyler muntah, diare dan bahkan syok hipovolemik, yaitu tubuh kehilangan terlalu banyak darah dan cairan.
Kini Tyler dirawat orang tuanya di rumah dengan pengawasan ketat, hanya boleh mengkonsumsi segelintir makanan tertentu. Setelah percobaan yang sangat panjang, akhirnya diketahui bahwa dia hanya bisa makan gandum, keju dan produk susu, ditambah jagung dan apel. Untungnya, penyakit ini akan memudar saat dia dewasa nanti.
"Sejauh yang kami tahu, tidak ada konsekuensi jangka panjang. Jadi sulit pada awalnya, tetapi anak Anda akan bisa aman dan sehat nantinya," kata dr Nowak-Wegrzyn.
COMMENTS